Jumat, 29 Mei 2009

Makalah
Kerajaan Turki Utsmani
Untuk memenuhi mata kuliah sejarah peradapan islam (SPI)


Dosen pembimbing:
Teguh setia budi, M.H


Oleh:
Yuli Agustina()
Riza Syamsul Ma`arif()
M. Ulum Muzaqi()









UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
FAKULTAS SAIN DAN TEKHNOLOGI
JURUSAN MATEMATIKA
2009

KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahrobbil’alamiin, segala puji kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta ridho-Nya serta kemudahan dan kelancaran yang telah diberikan, sehingga makalah yang berjudul KERAJAAN TURKI UTSMANI dapat diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa teriring kepada Nabi besar Muhammad Rasulullah Saw. sehingga kita bisa hidup di jaman yang terang benderang dalam Islam, Iman dan Ihsan.
Tidak lupa ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak, teman, dan segenap dosen yang telah memberikan dedikasi demi kesuksesan kami. Patut kiranya kalau ucapan terima kasih ini saya sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim(UIN MMI) Malang.
2. Seluruh teman dan kawan di Fakultas matematika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN MMI) Malang angkatan 2007, yang khususnya di kelas B.
Sebagai insan yang tidak dapat diluputkan dari segala khilaf, tentunya makalah ini juga tidak akan luput dari berbagai kesalahan. Untuk itu saya mohon untuk dapat memberikan kritik serta saran untuk kesempurnaan buah karya saya ini.
Malang, 14 mei 2009
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lima abad lebih bani abbasiyah berkuasa telah memberikan banyak kontribusi yang positif terhadap pengembangan dan peradaban dunia islam, selanjutnya peran kerajaan ini dikuasai oleh bangsa turki.
Bangsa Turki mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan kebudayaan Islam. Peran yang paling menonjol terlihat dalam politik ketika masuk dalam barisan tentara profesional maupun dalam birokrasi pemerintahan. Begitu juga masyarakat Turki menekankan pembaharuan-pembaharuan kelompok sekuleris Republik Turki, sehingga masyarakat Turki mempunyai ciri khas ke-Islamannya. Maka di tahun belakangan ini Turki telah memperlihatkan suatu kontras yang menyolok dengan negeri-negeri Islam di Timur Tengah, baik di bidang politik luar negeri, tapi kebanyakan negeri Islam lain telah memperlakukan dunia barat dengan sikap yang berkisar dari sikap netral sambil merenggut namun penuh harap sampai kepada sikap yang terang-terangan permusuhan sehingga timbullah permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Dalam peristiwa di atas perlu kiranya kita akan membahas proses kerajaan turki mulai dari proses terbentuknya kerajaan turki ,keadaan sosial, keilmuaan hingga runtuhnya daulah turki usmani.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Proses Berdirinya Daulah Turki Usmani?
1.2.2 Bagaimana Keadaan Sosial Politik dan Kenegaraan Daulah Turki Usmani?
1.2.3 Bagaimana Fenomena Keagamaan Dan Keilmuan Daulah Turki Usmani?
1.2.4 Bagaimana Proses Runtuhnya Daulah Turki Usmani?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahu i Proses Berdirinya Daulah Turki Usmani
1.3.2 Mengetahui Keadaan Sosial Politik dan Kenegaraan Daulah Turki Usmani
1.3.3 Mengetahui Fenomena Keagamaan Dan Keilmuan Daulah Turki Usmani
1.3.4 Mengetahui Proses Runtuhnya Daulah Turki Usmani

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Berdirinya Daulah Turki Usmani
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkis¬tan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke sembilan atau ke sepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke¬13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka, orang orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Di sana, di bawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Setelah meninggalnya Ertoghrul diganti oleh putranya yaitu Ustman(1289 M) dan mongol menyerang dinasti saljuk dan sultan Ala` al-Din II pada tahun 1300 M, sejak itu saljuk terpecah-pecah menjadi dinasti-dinasti kecil. Dan pada saat itu pula Ustman menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang dikuasainya. Kemudian ustmani membentuk pemimpin mereka yang pertama adalah Usman ibn Erthogrol (Usman I). turki usmani ini berkuasa sekita 7 abad dengan 37 sultan.
2.2 Keadaan Sosial Politik dan Kenegaraan Daulah Turki Usmani
Peran yang sangat penting dalam perkembangan kebudayaan Islam. Peran yang paling menonjol terlihat dalam politik ketika masuk dalam barisan tentara profesional maupun dalam birokrasi pemerintahan. Begitu juga masyarakat Turki menekankan pembaharuan-pembaharuan kelompok sekuleris Republik Turki, sehingga masyarakat Turki mempunyai ciri khas ke-Islamannya. Maka di tahun belakangan ini Turki telah memperlihatkan suatu kontras yang menyolok dengan negeri-negeri Islam di Timur Tengah, baik di bidang politik luar negeri, tapi kebanyakan negeri Islam lain telah memperlakukan dunia barat dengan sikap yang berkisar dari sikap netral sambil merenggut namun penuh harap sampai kepada sikap yang terang-terangan permusuhan sehingga timbullah permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Dinasti Ustmani bisa dikatakan pemerintahan yang sangat komplek, hal ini terlihat dari kondisi dan budaya yang ada didalamnya, mulai dari masyarakat ini banyak membawa pengaruh, diantaranya: Asia timur (pada model peperangan), Persia (menerapkan monarki absolut), Romawi timur (dalam konsep pemerintahan), Arab (ilmu pengetahuan). Adapun pengaruh terbesar ialah bangsa arab.
Untuk memahami pemerintah Usmani maka peru diketahui para pemimpinnya. Usmani tentu saja pemimpin yang tidak sedikit jumlahnya mengingat usmani adalah pemerintahan yang cukup lama.
1. Usman I (1300-1326) : mendapatkan kekuasaan setelah meningaalnya Saljuk Rum.
2. Okham (1326-1359) : memindahkan ibu kota ke bursa dan adanya pertambahan wiayah kekuasaan.
3. Murad I (1359-1389) : memindahkan ibu kota ke bursa ke Erdine dan menaklukkan Macedonia.
4. Bayazid P (1389-1403) : menguasai anatolia barat dan mendapat gelar sultan dari Al- Mutawakkil.
5. Murad II (1421-1451) : berusaha menstabilkan politik dalam negeri.
6. Muhammad II (1451-1481) : menaklukkan konstatinopel, menjadikan gereja sebagai masjid dan memindahkan Erdine keonstatinopel sebagai ibu kota tahun 1453 M.
7. Bayazid II (1481-1512) : terkenal sebagai sosok pribadi yang lemah
8. Salim I (1512-1520) : menaklukkan mesir dari kekuasaan mamluk.
Dan sampai akhirnya pada pemerintahan yang terakhir yaitu pemerintahan yang dipimpin Muhammad VI (1918-1923.

2.3 Fenomena Keagamaan Dan Keilmuan Daulah Turki Usmani
Pada kenyataan, bangsa Turki menganut agama islam, tetapi meskipun begitu islamisasi masih berjalan dengan bertahap dan berbeda cara pada setiap suku. Pada waktu itu setiap ada orang arab lewat yang melintasi sungai Oksus (Amu Darma).
Pemimpin turki usmani, menggunakan dua gelar sekaligus yaitu sultan dan kholifah. Kekholifahannya mereka tersebut dikenal sebagai simbol duniawi dan dan simbol spiritual (Agama). Dan pada masa itu pula meraka banyak menghasilkan sejumlah karya, diantaranya:
1. Mustaf Ali(1541-1599), Ahi sejarah. Diantara karyanya adalah: Kunh al-Akhbar.
2. Evliya Chelebi (1614-1682), Ahli ilmu sosial. Diantara karyanya adalah : Seyabat Name.
3. Arifi (w.1561), sejarawan istana. Diantara karyanya adalah shah-name-I-Al-I.
Selain peninggalan-peninggalan sejarah di atas, Turki Usmani juga meninggalkan sejumlah bangunan yang memperlihatkan kaunggulan penguasaan teknologi pada zaman itu. Diantaranya bangunan-bangunan tersebut yaitu Masjid Aya Sopia, Masjid Agung sultan Muhammad Al-fatih, , Masjid Abu Ayub al-Anshari, , Masjid Bayazid, dan Masjid Sulaiman al-Qonani dan juga “kubah Batu” (ciri gereja kriaten) merupakan bangunan berarsitetur tinggi yang menggambarkan persaingan antar islam dan kristen.
2.4 Runtuhnya Daulah Turki Usmani
Dimulai saat dipimpin oleh Sultan Murad III (1574-1595 M) seorang yang berkepribadian jelek dan suka memperturutkan hawa nafsunya, namun Kerajaan Usmani pada masanya berhasil menyerbu Kaukasus dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tabnz, ibu kota Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri Polandia, dan mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M. Namun kehidupan moral Sultan yang jelek menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri. Kekacauan ini makin menjadi-jadi dengan tampilnya Sultan Muhammad III (1595-1603M), pengganti Murad III, yang membunuh semua saudara laki-lakinya berjumlah 19 orang dan menenggelamkan janda-janda ayahnya sejumlah 10 orang demi kepentingan pribadi. Dalam situasi yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul Kerajaan Usmani.
Era 1600 – 1700 M, Sultan Ahmad I (1603-1617 M), pengganti Muhammad III, sempat bangkit untuk memperbaiki situasi dalam negeri, tetapi kejayaan Kerajaan Usmani di mata bangsa-bangsa Eropa sudah mulai memudar. Sesudah Sultan Ahmad I ( 1603-1617 M), situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I (masa pemerintahannya yang pertama(1617-1618 M) dan kedua, (1622-1623 M). Karena gejolak politik dalam negeri tidak bisa diatasinya, Syaikh al-Islam mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh Usman II (1618-1622 M). Namun yang tersebut terakhir ini juga tidak mampu memperbaiki keadaan. Dalam situasi demikian bangsa Persia bangkit mengadakan perlawanan merebut wilayahnya kembali. Kerajaan Usmani sendiri tidak mampu berbuat banyak dan terpaksa melepaskan wilayah Persia tersebut.
Langkah-langkah perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh Sultan Murad IV (1623 – 1640 M). Pertama-tama ia mencoba menyusun dan menertibkan pemerintahan. Pasukan Jenissari’ yang pernah menumbangkan Usman II dapat dikuasainya. Akan tetapi, masa pemerintahannya berakhir sebelum ia berhasil menjernihkan situasi negara secara keseluruhan.
Situasi politik yang sudah mulai membaik itu kembali merosot pada masa pemerintahan Ibrahim (1640-1648 M), karena ia termasuk orang yang lemah. Pada masanya ini orang-orang Venetia melakukan peperangan laut melawan dan berhasil mengusir orang-orang Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M. Kekalahan itu membawa Muhammad Koprulu (berasal dari Kopru dekat Amasia di Asia Kecil) ke kedudukan sebagai wazir atau shadr al-a’zham (perdana menteri) yang diberi kekuasaan absolut. Ia berhasil mengembalikan peraturan dan mengkonsolidasikan stabilitas keuangan negara. Setelah Koprulu meninggal (1661 M), dipegang oleh anaknya, Ibrahim.
Ibrahim menyangka bahwa kekuatan militernya sudah pulih sama sekali. Karena itu, ia menyerbu Hongariadan mengancam Vienna. Namun, perhitungan Ibrahim meleset, ia kalah dalam pertempuran itu secara berturut-turut. Pada masa-masa selanjutnya wilayah Turki Usmani yang luas itu sedikit demi sedikit terlepas dari kekuasaannya, direbut oleh negara-negara Eropa yang baru mulai bangun.
Pada tahun 1699M terjadi “Perjanjian Karlowith” yang memaksa Sultan untuk menyerahkan seluruh Hongaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg; dan Hemenietz, Padolia, Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia kepada orang-orang Venetia.
Era 1700 – 1800 M Pada tahun 1770M, tentara Rusia mengalahkan armada kerajaan Usmani di sepanjang pantai Asia Kecil. Akan tetapi, tentara Rusia ini dapat dikalahkan kembali oleh Sultan Mustafa III (1757-1774 M) yang segera dapat mengkonsolidasi kekuatannya. Sultan Mustafa III diganti oleh saudaranya, Sultan Abd al-Hamid (1774-1789 M), seorang yang lemah. Tidak lama setelah naik tahta, di Kutchuk Kinarja ia mengadakan perjanjian yang dinamakan “Perjanjian Kinarja” dengan Catherine II dari Rusia. Isi perjanjian itu antara lain
(1) Kerajaan Usmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di Laut Hitam kepada Rusia dan memberi izin kepada armada Rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan LautPutih, dan (2) Kerajaan Usmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).
Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di Kerajaan Usmani selama dua abad lebih setelah ditinggal Sultan Sulaiman al-Qanuni. Satu persatu negeri-negeri di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan yang memberontak terhadap kekuasaan Kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa daerah di Timur Tengah mencoba bangkit memberontak.
Adapun dari berbagai daerah lain misalmnya Di Mesir, kelemahan-kelemanan Kerajaan Usmani membuat Mamalik bangkit kembali. Di bawah kepemimpinan Ali Bey, pada tahun 1770 M, Mamalik kembali berkuasa di Mesir, sampai datangnyaNapoleon Bonaparte dari Perancis tahun 1798 M. Di Libanon dan Syria, Fakhral-Din, seorang pemimpin Dntze, berhasil menguasai Palestina, dan pada tahun 1610 M merampas Ba’albak dan mengancam Damaskus. Fakhr al-Din baru menyerah tahun 1635 M. Di Persia, Kerajaan Safawi ketika masih jaya beberapa kali mengadakan perlawanan terhadap Kerajaan Usmani dan beberapa kali pula ia keluar sebagai pemenang. Sementara itu, di Arabia bangkit kekuatan baru, yaitu aliansi antara pemimpin agama Muhammad ibn Abd al-Wahhab yang dikenal dengan gerakan Wahhabiyah dengan penguasa lokal Ibn Sa’ud. Mereka berhasil menguasai beberapa daerah di jazirah Arab dan sekitarnya di awal paroh kedua abad ke-18 M.
Era 1800 – 1900 M, Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di Kerajaan Usmani ketika sedang mengalami kemunduran. Gerakan-gerakan seperti itu terus berlanjut hingga abad ke-19 dan ke-20 M hingga akhirnya Kerajaan Usmani berakhir dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1924M6

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pendiri kerajaan turki dari kabilah oghuz di mongol,di bawah pimpinan ertoghrul dan mengabdikan diri kepada sultan alauddin ii membina wilayah barunya dan memilih kota syukud sebagai ibu kota, dan ketika Ertoghrul meninggal tergantikan dengan usman sejak itulah terbentuk kerajaan turki. keadaan sosial politik dan kenegaraan daulah turki usmani ditandai dari system pmerintahan dengan tentara yang professional dan masyarakatnya menekankan pembaharuan. selain itu agama islam tersebar secara bertahap dan setiap rajanya memiliki barang-barang peninggalan serta karya kitab-kitab adalah sebagai fenomena keagamaan dan keilmuan daulah turki usmani.dan pada akhirnya kerajaan turki melemah dikarenakan lemahnya kepemimpinan di tangan penguasa akibatnyakerajaan turki runtuh dan berubah menjadi Republik Turki,

3.2. Saran
Akhir kata tak ada yang pantas terucap selain mengucapkan syukur kepada alloh atas terselesaianya makalah ini yang mungkin bagi pembaca kurang sempurna karena kami juga manusia biasa yang penuh dengan salah dan lupa.

DAFTAR PUSTAKA
Abu bakar, Istianah. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Malang: Malang UIN-press
Aliy, Abu hasan. 1987. Kerugian Apa Yang Di Derita Dunia Akibat Kemerosotan Kaum Muslimin. Bandung: Percetakan offset
Badri Yatim. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hidayat, Komarudin. 2002. Islam Dan Perkembangan Politik Di Turki. Bandung: Tiara Wacana
Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah peradaban islam. Cirebon: Pustaka Ban Quraisy.
Mustofa, Agus..2002. Membonsai Islam. Jakarta: PADMA press
Su’ud, Abu. 2003. Islamologi sejarah, ajaran, dan perananya dalam peradaban umat manusia. Jakarta: PT Asli Mahasatya.
http://www.zum.de/whkmla/histatlas/asmin/haxottoman.html akses 26 mei 2009